RGN TIMES – Mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar Mesir memegang peran yang tak hanya akademis, tetapi juga strategis dalam mempererat hubungan diplomatik antara Indonesia dan negara-negara di Timur Tengah. Mereka bukan sekadar pembelajar agama, melainkan duta budaya, jembatan komunikasi, dan agen perubahan sosial.
Di tengah dinamika politik dan sosial kawasan, mahasiswa Indonesia hadir dengan semangat perdamaian dan solidaritas. Mereka membangun dialog lintas budaya dengan mahasiswa dari berbagai negara, memperkenalkan wajah Islam Indonesia yang moderat, toleran, dan ramah. Interaksi ini, meskipun sederhana, adalah bentuk diplomasi akar rumput yang memperkuat citra positif Indonesia di mata dunia.
Lebih dari itu, kepedulian mereka meluas kepada aksi nyata. Banyak mahasiswa Indonesia aktif dalam gerakan kemanusiaan, termasuk penggalangan bantuan dan advokasi untuk Palestina.
Mereka menunjukkan bahwa solidaritas bukan sekadar slogan, melainkan action atau tindakan konkret, entah melalui doa bersama, pengumpulan donasi, atau kolaborasi dengan organisasi internasional demi meringankan penderitaan sesama (misi kemanusiaan tanpa memandang Agama).
Peran mereka juga meluas ke berbagai negara lain yang membutuhkan, menjadikan kehadiran mahasiswa Indonesia sebagai simbol harapan dan empati global. Mereka telah mengirimkan pesan moral bahwa menjadi intelektual bukan hanya soal ilmu pengetahuan di kepala, tapi juga keberanian bertindak dan ketulusan membantu antar sesama tanpa memandang suku, bangsa dan agama, rahmatan lil ‘alamin.
Dengan hati yang tulus dan langkah yang mantap, mahasiswa Indonesia di Al-Azhar tidak hanya membangun masa depan mereka sendiri, tetapi juga membangun jembatan persaudaraan antarbangsa. Mereka adalah bukti bahwa diplomasi dan kemanusiaan bisa berjalan beriringan, dan perubahan besar sering kali dimulai dari hati yang peduli.
Semoga suara dan aksi serta kelembutan budi mereka terus menjadi angin sejuk bagi perdamaian dunia dan rahmat bagi semesta Alam, sebagai wujud dari kecintaan tugas seorang Hamba (‘abdun) dan Pemakmur Bumi (khalifah fil ardh).
(Lia)